AKUN(PERKIRAAN)
Akun (perkiraan) adalah formulir (media) / kartu yang digunakan untuk mengelompokkan transaksi – transaksi yang sejenis ke dalam suatu nama kelompok transaksi dan tempat untuk mencatat penambahan serta pengurangan yang terjadi dalam kelompok tersebut.
Dalam system pencatatan, kita menggunakan system “Akuntansi Berpasangan” (Double Entery Accounting), yang artinya bahwa setiap transaksi akan selalu dicatat di dalam 2 perkiraan/lebih dengan jumlah debit dan kredit yang seimbang.
Bentuk – bentuk akun atau perkiraan :
1) Bentuk T (T form) atau Skontro
2) Bentuk 2 kolom atau 2 lajur
3) Bentuk 3 kolom atau 3 lajur
4) Bentuk 4 kolom atau 4 lajur
Bagan / unsur – unsur akun (perkiraan) :
1) Nama akun, contoh: aktiva, kewajiban, modal
2) Tempat untuk mencatat penambahan yang terjadi pada akun
3) Tempat untuk mencatat pengurangan yang terjadi pada akun
Debit adalah sisi sebelah kiri akun. Apabila didebit, berarti pada sisi sebelah kiri tersebut ditulis atau dicatat suatu jumlah tertentu.
Kredit adalah sisi sebelah kanan akun. Apabila dikredit, berarti pada sisi sebelah kanan tersebut ditulis atau dicatan suatu jumlah tertentu.
TATA PERKIRAAN (KODE AKUN)
Untuk setiap perkiraan diberi kode perkiraan tertentu atau kode akun. Pemberian kode perkiraan atau kode akun bertujuan untuk memudahkan dalam pelaksanaan pencatatan (pembukuan) ke dalam setiap perkiraan/akun. Tiap perkiraan diberi kode yang sesuai dengan kelompoknya (klasifikasinya). Kode pembukuan atau diringkas dengan “KP” (Posting Reference disingkat “PR” atau “Ref” ).
Dalam pelaksanaannya, pemberian kode tersebut dapat ditentukan dengan memilih salah satu cara berdasarkan kebijaksanaan masing – masing pengelola perusahaan. Untuk jelasnya, pemberian kode perkiraan itu dapat diberikan dengan sistem sebagai berikut :
1) Numerical (numerial), artinya memberikan penomoran. Pada sistem ini, pemberian kode terhadap perkiraan dapat dilakukan secara mudah dan bebas. Setiap perkiraan dapat diberikan nomor dengan aturannya sendiri.
Misalnya :
1. Kas
2. Piutang dagang
3. Perlengkapan kantor
4. …………….dst.
2) Decimal, artinya pada sistem inisetiap perkiraan diberikan kode dengan menggunakan dasar angka Sepuluh Digit, yaitu dari angka 0 sampai 9. Angka paling depan digunakan sebagai penunjuk golongan pokok. Selanjutnya untuk tiap anak golongan ditambah angka lagi.
Misalnya :
5. Biaya
5.0 Biaya Penyediaan Jasa
5.0.1. Gaji
5.0.2. Upah
5.0.3. Bonus
5.0.4. Komisi
5.0.4.1. Komisi Perantara
5.0.4.2. Komisi Agen
5.1 Biaya Administrasi
5.1.0. Gaji
5.1.1. Perlengkapan
5.1.2. Telepon
Dst.
3) Mnemonic, artinya mudah diingat. Jadi pada sistem ini pemberian kode dilakukan dengan tanda yang mudah diingat. Namun biasanya pada sistem Mnemonic kode perkiraan yang digunakan adalah huruf – huruf. Paling lazim digunakan inisial dari suatu kata.
Misalnya : “A” untuk Aktiva
“H” untuk Hutang
Dan seterunya.
Kesulitan yang akan ditemukan pada sistem ini adalah jika ada kata yang inisialnya sama dengan inisial kata perkiraan yang lain harus dibuat kode lain. Misalnya saja jika perusahaan menyebutkan Aktiva sebagai Harta, maka inisialnya “H”, jafi tentunya untuk hutang harus dibuat sebutan lain. Jalan keluarnya untuk hutang Kewajiban, sehingga inisialnya “K”. atau cara lain dengan menggunakan kode tambahan yang mudah diingat.
4) Kombinasi huruf dan angka, artinya pada sistem ini setiap perkiraan diberi kode dengan menggunakan huruf dan nomor. Keduanya dipadukan untuk membentuk kode tertentu.
Misalnya: Hutang Gaji Bagian Umum diberi kode H 1-21. H menunjukkan Hutang; 1 menunjukkan golongan hutang; 21 menunjukkan bagian tertentu yang berhubungan dengan kejadian hutang tersebut.
Dari ke empat cara di atas yang peling sering digunakan dalam prakteknya adalah cara decimal. Pada dasarnya pembuatan kode untuk tiap perkiraan klasifikasinya disesuaikan dengan pengelompokan dan urutan perkiraan dalam Neraca dan Laporan Laba-Rugi, seperti pada contoh di bawah ini :
1. Harta
1.1. Kas
1.2. Wesel TAgih
1.3. Piutang Dagang
1.4. Perlengkapan Kantor
1.5. Sewa Dibayar di Muka
1.6. Peralatan
1.7. Akumulasi Penyusutan Peralatan
2. Hutang
2.1. Wesel Bayar
2.2. Hutang Dagang
2.3. Hutang Bank
2.4. Hutang Bank
2.5. Hutang Pajak
2.6. Hutang gaji
3. Modal
Perusahaan perseorangan:
3.1. Modal Sudirman
3.2. Prive Sudirman
3.3. Ikhtisar Laba-rugi
Persekutuan (Firma/CV):
3.1.1. Modal Abdi
3.1.2. Modal Dedi
3.1.3. Modal Samun
3.2.1. Prive Abdi
3.2.2. Prive Dedi
3.2.3. Prive Samun
3.3.3. Ikhtisar Laba-Rugi
Perseroan Terbatas:
3.1. Modal Saham
3.1.0. Saham Biasa
3.1.1. Saham Istimewa (Preferent)
3.2. Cadangan
3.3. Laba tidak dibagi
4. Penghasilan (Pendapatan)
4.1. Penghasilan usaha Jasa(Penjualan)
4.2. Penghasilan Lain – lain
5. Biaya – biaya
5.1. Biaya gaji
5.2. Biaya Perlengkapan
5.3. Biaya sewa
5.4. Biaya penyusutan
5.5. Biaya Bunga
5.6. Biaya
5.7. Biaya Rupa – rupa
PENGARUH TRANSAKSI PADA PERKIRAAN(AKUN)
Setiap transaksi keuangan yang terjadi akan menambah atau mengurangi nilai atau jumlah uang yang tercantum pada sisi debit atau kredit perkiraan – perkiraan tertentu. Pada dasarnya, naik turun atau penambahan dan pengurangan jumlah/ nilai uang pada sisi debit dan kredit secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:
Nama Perkiraan | Bertambah di | Berkurang di | Saldo Normal |
Harta / Kekayaan | Sebelah Debit | Sebelah Kredit | Debit |
Hutang/ Kewajiban | Sebelah Kredit | Sebelah Debit | Kredit |
Modal | Sebelah Kredit | Sebelah debit | Kredit |
a. Pengambilan Pribadi(Prive) b. Dividen | Sebelah Debit | Sebelah Kredit | Debit |
Penghasilan/pendapatan | Sebelah Kredit | Sebelah Debit | Kredit |
Biaya - biaya | Sebelah Debit | Sebelah Kredit | Debit |
trima kasih sangat membantu
BalasHapussangat lengkap sekali ... semoga kita bisa saling sharing soal akuntansi ... kunjungi situs kami https://haloakuntansi.com
BalasHapus